Jumat, 18 Oktober 2013

Malam Itu

Diposting oleh Unknown di 04.21
                “Aduh, maaf”, aku tidak sengaja menginjak kakinya saat mencari posisi duduk di dalam travel yang penuh sekali malam itu. Tidak heran sih, abis long weekend soalnya.
                “Iya nggak papa”, katanya namun aku tak memperhatikan. Aku sibuk menata posisi dudukku diantara dia dan wanita entah siapa dan mencoba berpikir jernih, menenangkan pikiranku, perjalanan ke Surabaya ini akan baik-baik saja. Bagaimana pikiranku bisa tenang, kalau di sebelahku saat ini adalah dia. “Tadi sopirnya bingung cari alamat rumahmu. Sebenernya aku mau nunjukin arahnya, tapi dia bingung alamat atas nama Ati”, dia memulai percakapan.


                “Ati? Haha masa namaku berubah jadi Ati? Tapi nggak tau juga sih, kemarin yang yang mesenin travelku Mama. Mungkin Mama lupa nama anaknya kali yaaa”
                “Loh? Aku dipesenin sama Mama-mu juga?”
                Aku menoleh menatap wajahnya, “Kalo kamu, aku yang mesenin”. Aku menghadap depan lagi. Menghitung berapa penumpang yang belum dijemput. Kurang kerjaan memang, tapi dari pada menatap wajahnya terus-menerus dan membuatku.... Astaga makhluk Tuhan yang satu ini yaaa.
                Obrolan ringan pun berlanjut sekitar satu jam lebih. Para penumpang lainnya mulai sepi, ada beberapa sudah terlelap. Tapi aku? Jangankan berniat tidur, ngantuk aja lagi absen malam ini. Entahlah kemana perginya ngantuk. Mungkin karena kedua pipiku sedang terasa panas saat lengan kananku bersentuhan dengan lengan kirinya. Kapan terakhir kita ketemu? Sepertinya rindu ini sudah meluap-luap. Dua bulan yang lalu ya? Kita berdua mengunjungi Wisata Bahari Lamongan. Setelah itu? Kamu menghilang lagi. Kata Andra, salah satu teman baikku, dia seperti hantu. Jelangkung mungkin lebih tepat menurutku. Karena dia datang tak dijemput, pulang tak diantar. Hehe
                Mencoba menutup mata meskipun aku tahu, aku tak kan terlelap hingga perjalanan ini selesai. Hingga napasku tertahan saat kepalanya jatuh di pundakku. Apakah aku sudah bilang kalau pipiku memanas? Kalau sudah, berarti sekarang lebih panas lagi. Semoga dia tidak merasakan panasnya pipiku, semoga dia tidak sadar detak jantungku yang lebih cepat, semoga tidak tahu aku sedang kesulitan bernafas normal.
Walaupun lupa bagaimana cara bernafas yang benar, tapi aku masih bisa mencium wangi rambutnya, wangi badannya. Aku curiga dia menghabiskan 3 botol shampo dan body wash untuk mandi sebelum berangkat.  Dan aku yakin wanginya bakal kuat sampai lima jam kedepan.
                Aku  mulai bisa mengatur napas saat dia mulai menegakkan tubuhnya. Jadi kenapa aku malah merasakan kehilangan?
Mungkin kali ini aku harus berterima kasih kepada sopir travel yang melaju dengan ugal-ugalan. Itu membuatku kepalaku jatuh ke bahunya. Sebenarnya aku bisa menegakan tubuhku kembali—secara aku dalam keadaan sadar, tidak tidur—tapi aku membiarkan posisi ini. Untuk beberapa menit saja tetaplah seperti ini. Udara dingin yang disebabkan AC travel tidak terasa lagi. Tiba-tiba hangat merasuk tubuh saat aku merasakan kedua tanggannya membalut tangan kananku. Mengusir semua dingin di kulit. Terkadang dia membelai rambutku, membetulkan posisi kepalaku di bahunya agar aku lebih nyaman lagi.
Boleh kah aku memohon padamu? Kumohon kamu jangan pernah pergi lagi. Kumohon kembalilah seperti dulu, kamu yang selalu ada di tiap hariku. Aku ingin setiap hari mendapatkan kabarmu lagi. 
Kenapa aku tidak bisa mengatakannya? Kenapa aku tidak bersuara sama sekali?
Tidak, bukannya aku tidak bisa. Aku hanya sadar akan posisiku sekarang. Aku hanya sadar statusku saat ini. Dan aku sadar bagaimana keadaan kita. Kita tidak mungkin berpacaran seperti dulu lagi. Iya aku tahu itu. Jadi, semua permohonanku barusan hanya ada dalam hatiku saja.   
Lalu aku mendengar suara ...
“Mbak, mbak, bangun mbak, ini sudah sampai. Rumah mbak yang mana?”, aku berusaha membuka mata. Semua penumpang travel sudah nggak ada. Hanya aku sendirian. Jadi apakah aku barusan bermimpi? Tapi kenapa terasa begitu nyata?
“Masuk gang itu, Pak. Lurus ada perempatan belok kiri”, jawabku saat sudah benar-benar sadar.

Hai kamu, selamat pagi. Aku bermimpi tentangmu lagi. Entah ini mimpi yang ke berapa. Bisakah kamu datang secara nyata sekali-kali? Karena aku sangat merindukanmu.


Disponsori dan didukung oleh:

RUDYS Tailor

Rujak Bu Pani Kuliner Jember Murah dan Sehat

Powered By Insinyur Pikun

3 komentar:

Unknown mengatakan...

omijot foto gambarnya :D hahihhihi

Unknown mengatakan...

haha pas banget kaaan :p

Shaz mengatakan...

:(

Posting Komentar

 

Cerita Cewek Agak Labil Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review | Powered By Insinyur Pikun