Rabu, 18 Juli 2012

Yang Tak Terduga

Diposting oleh Unknown di 22.58
“Mentari ayo bangun, mana sempet kita sarapan kalo udah jam segini”, kata seorang cewek sambil menggoyangkan tubuh teman sekamarnya. Hari ini ada seminar wajib untuk penerima beasiswa dari kampus mereka. Rencana bangun pagi agar sempat sarapan terlebih dahulu sebelum mengikuti seminar gagal sudah. Mereka berdua memang sulit untuk bangun pagi. Sambil malas-malasan teman si cewek yang paling manja ini pergi ke kamar mandi juga. Mereka bergegas ingin mencuri waktu untuk mengisi perut walau sedikit.
“Udah jam berapa sih ini? Kita jadi makan enggak?”, kata Mentari, dia sibuk mengoleskan bedaknya di sekitar wajahnya.
“Mepet nih. Kurang 10 menit lagi. Beli minum aja gimana?”, saran si cewek.
“Halah paling ngaret acaranya. Gimana kalo beli nasi kuning, trus makan disana.”
“Kamu aja deh. Aku beli milo aja.”
Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan sambil membawa makanan masing-masing. Tak jauh dari parkiran sepeda motor, mereka melihat beberapa teman dari jurusan yang sama. Mereka pun ikut bergabung dan berpikir di sana lah mereka akan menghabiskan makanan mereka.
“Mau mau mau? Lesu engko nek enggak sarapan disek”, kata Mentari dengan logat daerahnya, menawarkan nasi kuningnya pada teman-teman, sedangkan si cewek duduk manis melihat sekitarnya sambil perlahan menghabiskan susu milo hangat. Begitu ramai, mahasiswa berlalu-lalang dari masing-masing jurusan mengenakan jas almamater kebanggaan mereka. Si cewek memperhatikan orang-orang yang lewat di depannya. Tempat duduk mereka saat ini memang sangat cocok untuk melihat siapa-siapa saja yang datang seminar kali ini. Kerena mereka duduk di tangga kecil tempat lewatnya peserta seminar ke pintu masuk ruangan. Setelah menghabiskan susu milonya si cewek ingin mengajak teman-temannya segera masuk juga. Tapi dengan melihat Mentari masih melahap nasi kuningnya, dia urungkan niat itu. Kembali ke posisi semula. Diam. Menatap lurus ke arah depannya.
Si cewek tiba-tiba melotot. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat itu. “Tari, Tari…”, si cewek menarik-narik rok sahabatnya. Tapi si pemilik rok tidak menggubrisnya, dia sibuk membereskan sampah-sampah sisa makanannya. “Tari… Tari…”, si cewek melakukannya lagi tanpa memberi tau apa alasannya kenapa berbuat seperti itu. Bukannya tidak memberi tau, tapi mungkin si cewek bingung harus berkata apa. Dia benar-benar bingung apa yang akan dia lakukan setelah mengalihkan pandangannya tadi. Dia tidak berani melihat sosok seseorang lebih lama lagi. Hanya dengan melihat sekilas saja sudah membuat hatinya menciut, berdebar-debar dan mungkin juga akan meledak.
“Ada apa sih?”, akhirnya Mentari meresa terganggu roknya ditarik-tarik oleh temannya.
“Itu.. ituu.. lihat itu. Ada Akbar. Yang tinggi ituu… keliatan enggak?”, si cewek terlihat panik. Orang yang ditunjuk pun semakin dekat, tapi sepertinya dia tidak menyadari ada dua pasang mata sedang memperhatikan langkahnya.
“Loh dia dapet beasiswa juga?”
“Bukan, dulu dia ceritanya sih ikut daftar juga, tapi di tolak”
“Ya mana mungkinlah kalo bukan penerima beasiswa ada disini”
“Enggak tau…”, si cewek terlihat berpikir keras. Ada tanda tanya besar di otaknya karena keberadaan Akbar yang tidak diduga-duga ini.
“Ya wes, ayo masuk dulu”, Mentari berdiri di ikuti teman-teman yang lain.
“Enggak mau masuk. Haduh aku sakit perut nih, lemes juga, enggak bisa berdiri!”
“Aaaaaaaaa… Selalu deh. Denger namanya aja kadang bikin kamu kaku, apalagi orangnya ada di depan mata. Ayoo berdiriii…”, seperti anak kecil, tangan si cewek ditarik ke atas oleh Mentari membuatnya berdiri juga.
Mereka semua akhirnya menuju meja registrasi. Was-was si cewek melihat berkeliling. Dengan mudah mata itu mengarah ke Akbar. Cepat-cepat si cewek mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jalan dengan pandangan lurus ke depan melewati Akbar. Saat itu memang ramai. Entah Akbar menyadari keberadaan si cewek atau tidak.
Setelah selesai registrasi, si cewek menyadari bahwa Akbar telah masuk ruangan duluan. Tapi lagi-lagi dengan sangat mudah dia menemukan dimana Akbar duduk. Mata si cewek dengan sosok Akbar sudah seperti kutub magnet yang belawanan. Si cewek masih pura-pura tidak mengetahui Akbar berada di satu ruangan yang sama dengannya. Si cewek ngomong ngalur-ngidul enggak jelas sambil melebarkan ketawanya.
“Hah? Asrama? Kita udah ngekost kali. Iya tauuu, yang lagi salting ni yee. Kayak abis ketemu gebetan aja pas SMA. Inget umur hey. Hehe”, kata Mentari menggoda temannya, membuat temannya itu diam lalu meluncurkan cibitan di tangan Mentari memaksanya harus menghindar dari serangan tersebut.
Acara pun dimulai. Si cewek duduk memperhatikan pembicara walau hatinya tidak tenang. Bagaimana bisa Akbar ada di tempat yang sama, tempat yang seharusnya dia tidak ada. Sangat, sangat, sangat di luar dugaan bisa bertemu Akbar di sini. Apakah Tuhan mendengar doanya semalam? Lama-lama si cewek tidak lagi mendengar pembicara yang sedang bersemangat mejelaskan isi power pointnya. Pikiran si cewek menuju tempat lain. Ruangan seminar tiba-tiba berubah, cat dinding yang awalnya putih kini menjadi hijau muda, ruangan yang luas dipenuhi kursi-kursi kini menjadi ruangan kecil berukuran 3x4 m, panggung tempat pembicara menyampaikan materi juga berubah menjadi kasur 2x1,6 m yang di atasnya ada dua kaum hawa sedang menuju alam mimpi. Iya, sekarang si cewek berada di dalam kamarnya. Mengingat apa yang dia lakukan sebelum tidurnya terlelap.
“Akbar… kalo aja kamu juga dapet beasiswa ini, mungkin besok aku punya kesempatan ketemu kamu. Seandainya ya.. aku cuma pengen liat kamu, itu aja udah cukup kok”, kata si cewek dalam hati dan mata cewek itu terpejam…

“Oke setelah ini pasti paling ditunggu oleh teman-teman. Iya, sebentar lagi waktunya ishoma. Dengan urutan perserta cewek mengambil makanan di meja regristrasi terlebih dahulu dan yang cowok silahkan sholat di tempat yang telah kami sediakan. Lalu kita lanjutkan lagi Character Building Seminar dengan pembicara terakhir yang tidak kalah menarik dan tidak kalah hebat juga”, semangat MC seminar masih membara padahal acara sudah sampai di tengah jalan.
Si cewek tidak bergerak dari kursinya. Dia malas untuk jalan merambat keluar ruangan karena mengantri. Dia dan Mentari diam di kursi masing-masing menunggu ruangan agak sepi. Saat menoleh ke arah kiri, si cewek lagi-lagi melihat Akbar. Akbar bersama Ucup dan Nay. Mereka satu SMA dulu. Si cewek juga mengenal mereka. Kali ini si cewek tidak langsung membuang pandangannya. Dia yakin, apa yang sedang dia lihat, tidak mungkin menyadari keberadaannya. Dia terlihat begitu menikmati apa yang dilihatnya. Sudah lama.. yaa lama sekali menurutnya. Tapi dia masih saja merasakan debaran itu.
“Ayo keluar, laper nih”, ajak Mentari. Si cewek menunggu Akbar benar-benar hilang dari pandangan, tanpa berkomentar lagi dia berdiri dan menglangkah keluar.
“Ayo makaaaaan. Kalo pas ospek kemaren makanannya kayak begini nih, aku rela dibentak-bentak tiap hari asalkan bisa makan gratis nan enak”, kata si cewek saat membuka kotak nasi yang dia dapat. Diikuti oleh Mentari, Nurina dan Niken yang merupakan teman sejurusan juga setuju dengan ucapan si cewek.
Mereka asik sekali melahap makan siangnya bersama sambil mengenang ospek yang mereka alami beberapa bulan yang lalu. Setelah selesai makan, mereka langsung membereskan kotak-kotak makan ke tempat sampah dan pergi ke toilet mau mengambil wudlu, kecuali Nurina karena sedang kedatangan tamu bulanan. Baru saja si cewek melupakan debaran hatinya dan salah tingkahnya, dia terpaksa harus mengulanginya lagi. Saat mau belok menuju toilet, Akbar, Ucup dan Nay berjalan ke arah mereka. Sepertinya si cewek yang sadar terlebih dahulu. Spontan dia menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Tidak jadi belok, bersembunyi di balik tembok. Dia tau, Akbar dan yang lain semakin mendekat. Dia berjalan berbalik arah dari sebelumnya.
“Tari, jangan lewat situ. Ayo muter”, ajak si cewek dengan suara super kecil.
“Hah? Apaaa?”, jelas Mentari tak mendengarnya. Si cewek bingung. Dia enggak punya kesempatan untuk menjelaskan terlebih dahulu. Tanpa pikir panjang, dia berjalan mengikuti cowok yang ada di depannya, seperti ekor. Mentari dan Niken bingung melihat tingkah temannya itu. Apalagi si cewek. Dia ternyata juga tidak sadar dengan kelakuannya. Ngapain juga ngikutin cowok itu yaa. Dia kan tidak membutuhkan tameng di depannya. Yang dia butuhkan adalah tameng untuk menutupi tubuhnya dari belakang. Karena Akbar ada di belakangnya dan semakin lama semakin mendekat. Lalu dia menghentikan langkahnya berbalik badan lagi. Berharap Mentari dan Niken cepat tanggap dan menolongnya. It’s too late. Tubuh tinggi Akbar sudah terlihat. Kalo dia kabur sekarang, akan sangat terlihat lebih konyol lagi. Dan terpaksa si cewek melangkah lagi di jalan semula. Pertemuan sudah tidak bisa dihindari lagi. Semakin lama semakin dekat. Terdengar Ucup berdeham yang pasti dengan sengaja ditujukan pada Akbar dan si cewek. Akhirnya mereka berhadapan juga. Tanpa menghentikan langkah, Akbar tersenyum. Iya. Begitulah yang dilihat si cewek. Cowok yang sangat dia rindukan hampir tiap malam tersenyum padanya. Senyum yaaaaang… emm…
Dua bulan yang lalu, di tempat yang sama pernah terjadi kejadian seperti ini. Saat itu hubungan antara si cewek dan Akbar sedang buruk. Tak diduga-duga juga mereka bertemu. Terlihat jelas Akbar sedang menghindari cewek itu. Saat berpapasan, dia tersenyum masam dan melangkah cepat meninggalkan si cewek. Oke sudah cukup, jangan dibahas lagi.. karena sudah berlalu dua bulan yang lalu. Beda dengan sekarang, senyum Akbar juga beda. Kali ini terlihat… ‘waw’ banget menurut pandangan si cewek.
Kaki si cewek terasa mengeras. Mungkin dia mau berubah jadi batu kali yaa. Jalannya aneh kayak robot, apalagi senyumnya. Si cewek berusaha membalas senyum Akbar dengan sewajar mungkin. Tapi yang ada malah senyuman aneh. Dia susah menarik bibirnya ke samping seakan ada lem yang merekat. Akbar dan teman-temannya pun berlalu. Setelah sudah dipastikan melewati belokan dan mereka tidak terlihat lagi karena terhalang tembok, Mentari dan Niken yang baru sadar penyebab si cewek jadi aneh langsung tertawa terbahak-bahak. Bagus yaaa, temen sendiri diketawain. Ketawa aja terus sampai puas! Mereka tidak mengerti apa yang dirasakan si cewek. Dia benar-benar tidak menyangka. Dia pikir Akbar dan lainnya sudah selesai sholat dan langsung mengantri makanan di meja registrasi. Dia tidak sempat mempersiapakan apapun, yaa mempersiapkan mental setidaknya. Mungkin kejadian barusan kalo jadi adegan di salah satu FTV, backsound yang cocok adalah bagian reff lagunya Kotak, Masih Cinta.
Si cewek hanya menunduk saat berjalan karena malu, bingung, berdebar dan sebagainya. Hingga dia tidak sadar dia memasuki toilet cowok. Untung saja di dalam toilet tidak ada orang.
“Tuh kan.. tuh kan.. kumat lagi. Salah masuk. Itu toilet cowok”, Mentari menyadarkan lamunan si cewek. Lalu si cewek keluar dan masuk lagi di pintu yang lain. Kebetulan toilet lagi sepi. Setelah ada di dalam ruangan, si cewek langsung berteriak.
“Aaaaaaaaaaaaa.. goblok banget sih tadi”, yang lain hanya tertawa melihat si cewek. Satu pintu WC terbuka. Si cewek, Mentari dan Niken langsung tercengang melihat cowok keluar dari balik pintu. Uuuuups! Apa kali ini mereka bertiga salah masuk toilet? Mereka langsung buru-buru keluar toilet dan memastikan tanda di luar yang menunjukan gender itu. Fiuh.. ternyata cowok tadi yang salah. Selamatlah mereka memalukan diri sendiri, karena di luar toilet banyak teman-teman mereka yang duduk-duduk beristirahat atau hanya sekedar lewat saja. Akhirnya cowok yang salah masuk toilet itu yang diketawain. Tanpa ambil pusing tentang cowok asing tadi, mereka bertiga masuk toilet lagi.
“Chaa.. Chaaaa.. kok bisa sih tadi kamu itu. Kalo mau menghindar ya pergi aja, ngapain juga pake enggak jadi segala. Aneh tau dilihatnya”, kata Mentari masih ingin membahas kejadian tadi.
“Loh kalian sih enggak cepet ngerti sama isyaratku. Mau balik sendiri kan males. Ntar aku ditinggal sholat lagi”, cewek mungil yang akrab dipanggil Chaca ini hanya bisa manyun. “Harap maklumlah.. kan ini pertama kalinya aku ketemu mantan”, Chaca baru putus sekitar dua bulan yang lalu. Walaupun wajahnya terlihat sedih, sebenarnya dalam hatinya dia sangat bersyukur.
Allah baik banget hari ini ke Chaca. Dia masih dikasih kesempatan melihat Akbar walau sebentar. Rambut Akbar yang mulai tumbuh, tubuhnya yang mungkin sedikit lebih gemuk dan yang paling dia syukuri adalah dia sempat merasakan senyumnya. Membuat rasa kangennya terobati. Atau jangan-jangan malah membuatnya lebih kangen lagi nanti malam dan membuatnya susah tidur.
Chaca. Cewek yang terlalu senang hari ini, seperti telah mendengar kabar dia akan memerankan Hermioni di film Harry Potter, dia benar-benar senang dan terkadang tersenyum sendiri di balik punggung kedua temannya.
Chaca. Cewek yang terlalu senang hari ini, tapi mungkin hanya dia sendiri yang merasakan kebahagiaan itu.
Hanya dia sendiri…

Disponsori dan didukung oleh:

RUDYS Tailor

Rujak Bu Pani Kuliner Jember Murah dan Sehat

Powered By Insinyur Pikun

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita Cewek Agak Labil Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review | Powered By Insinyur Pikun