Di depanku.
Untuk menanyakanmu.
Keberadaanmu.
Ini yang membuatku males buat dateng perkumpulan mahasiswa
dari daerah asalku.
Bukannya apa. Mereka menanyakan kabarmu ke aku itu semacam
mereka mengingatkanku kalo aku bukan sapa-sapamu lagi. Iyaa aku BUKAN
SAPA-SAPAMU LAGI.
Kalo sekedar meraka tanya kamu dimana aku bisa jawab
seadanya. Iya. Awalnya aku emang sengaja. Setiap ada yang tanya tentang kamu,
aku jawab sebisa dan sewajarnya. Lagian mereka tanyanya keberadaanmu kan? Bukan
tanya hubungan kita. Mungkin kamu mikir, aku mau nutup-nutupi kalo kita sudah
putus (ups aku enggak suka sama kata ini, bener-bener enggak suka) terserahlah. Tapi enggak
tau kenapa aku enggak bisa, atau boleh dibilang aku masih enggak rela sama
keadaanku sekarang. Mungkin suatu saat, entah kapan, bisa aja dekat ini ada
keajaiban mampir ke kamarku. Dan kamu kembali. Tanpa mereka tau kamu pernah
pergi sebelumnya.
Tapi aku udah disekolahin sama emak bapak sampek di perguruan
tinggi biar jadi pinter. Aku enggak mungkin terus-terusan nungguin yang namanya
keajaiban dateng terus ketok-ketok pintu kamarku.
Mau sampai kapan aku kayak gini? Masalahnya buat apa? Capek
kan lama-lama? Sudahlah, buka mata dan terimalah. Ada sesuatu yang berjalan
tidak sesuai dengan keinginan kita. Karena keadaan tidak selalu ideal. Saat ini
keadaan tidak ideal menimpaku. Dan seharusnya aku terima itu.
Malem ini, ada perkumpulan mahasiswa dari asal daerahku
lagi. Membicarakan acara yang akan dilaksanakan buat ngisi
liburan semester nanti. Aku harus dateng. Aku salah satu koor panita.
Aku masih bertanggung jawab walaupun aku tau, dateng tanpa kamu itu adalah
suatu hal yang… yang… yang… begitulah… dan sekarang kamu mungkin tak pernah
dateng lagi. Organisasi dimana menjadi tempat kita sering ketemu dulu.
Okelah, jangan coba untuk mengingatnya lagi.
Okelah, jangan coba untuk mengingatnya lagi.
Malem ini, mungkin malem terakhir mereka nanyain kabarmu ke aku. Aku capek. Toh aku emang enggak tau kabarmu bagaimana.
“Si ‘itu’ mana? Ajakenlah buat ngumpul lagi. Sibuk kah
dia?’, tanya seorang senior.
“Enggak tau, kok tanya
aku loh?”
“Loh kan kamu yang deket”
“Duluuu mas”
“Eh yang bener, jangan bercanda”
“Seriuuuus”
Heniiiiiing
“Ikut berduka cita”
Apa? Berduka cita?
0 komentar:
Posting Komentar