Suatu ketika di RUANG
TUNGGU CINTA, Rindu dan Harapan pernah duduk bersama. Saling menggenggam jemari
erat; mematri janji di atas keakuan perasaan yang merunduk pada keteduhan, juga
cita-cita penyatuan.
Kini, di RUANG TUNGGU
CINTA, Rindu malah membuang wajahnya. “Aku takut terluka, lagi!” lirih ucapnya.
Di balik
kelelahannya, Rindu itu masih ingin bertemu dengan Harapan yang telah ia
tinggalkan. Harapan yang awalnya menumbuhkan tunas rindu bersemi dan merindang
daun. Harapan itulah yang selalu menanak getarnya untuk terus mengeja rindu
tanpa henti mencari majikannya: Cinta!
“Dimana alamatnya?”
Di RUANG TUNGGU
CINTA, Rindu menghela bisu dan merasakan sendat di dadanya. “Di sini!”
Harapan menuntun
Rindu rebah dadanya.
“Di sini, kita menanti!”
0 komentar:
Posting Komentar